Recent Posts

Cell phone video surveillance solution

Senin, 27 Februari 2012

Nyanyian Cinta, Tarian Pena

 Cairo memasuki musim semi. Pagi yang indah. Langit yang cerah. Orang-orang menatap hari dengan penuh gairah. Begitu juga Mahmid. Ia melangkah memasuki gerbang Universitas Al Azhar dengan semangat membuncah. Fakultas Dakwah di Nasr City demikian ia cintai. Ia bayangkan hari yang indah penuh barakah. Mata kuliah Sirah Nabawiyyah, Fiqih Dakwah, Fiqh Al Muqaranah, Qiraah Sab’ah, Syaikh Fahmi Abdullah, Syaikh Yahya Ash Shabrawi, Prof. Dr. Abdul Aziz Abdih, teman-teman yang sesemangat, seirama dan se-ghirah. Mencintai rasulullah seutuhnya, tekad membaktikan diri sepenuhnya pada agama Allah. Semuanya menjadi cahaya dalam dada. Menjadi mentari bagi semangatnya.
       “Sebelum diangkat menjadi seorang nabi, Muhammad saw. Telah dikenal sebagai orang yang paling menjaga amanah di seantero kota  Makkah. Shingga beliau diberi gelar Al Amin. Orang yang sangat bisa dipercaya. Orang yang sangat menjaga amanah. Sifat inilah yang semestinya dimiliki setiap muslim.”
       “Menjaga amanah adalah ruh agama ini. Umur yang diberikan Allah kepada kita adalah amanah. Langkah kaki kita adalah amanah. Pandangan mata kita adalah amanah. Hidup kita adalah amanah. Menjaga amanah adalah inti ajaran agama mulia ini. Rasulullah bersabda, Laa diina liman laa amanita lahu. Tidak beragama orang yang tidak menjaga amanah!…         

Hari ini ia mendapatkan penjelasan yang dalam tentang amanah, satu dari empat sifat utama Rasulullh. Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh, Guru Besar Ilmu Dakwah menguraikannya dengan bahasa yang menghidupkan jiwa. Kampus tertua di dunia ini tiada henti menempa generasi.

* * *
       Pukul dua siang ia pulang. Naik bis menuju Ramsis, ia menyewa sepetak kamar di sebuah rumah tua di kawasan Ramsis. Kamar yang pernah disewa sepupunya yang kini telah menikah dan punya rumah di daerah Katamea. Tuan rumahnya sangat baik. Tak pernah menagih uang sewa kamar. Ia sendiri yang sering malu. Malu pada diri sendiri dan tentu malu pada tuan rumah. Pernah ia tidak bisa bayar sewa rumah enam bulan. Dan pemilik rumah tak jua menagih. Kali ini, sudah empat bulan ia belum bayar. Otaknya terus berputar dari mana ia akan dapat uang. Meminta orangtua yang sudah renta sangat tidak mungkin.
       Ia hanya selalu yakin bisa membayar. Allah Mahakaya. Sudah tiga puluh lamaran ia kirimkan ke tempat-tempat yang teriklankan di koran Ahram membuka lowongan. Namun tidak satu pun panggilan ia dapatkan, apalagi pekerjaan.
       Sementara ini, untuk memenuhi kebutuhan harian, ia berjualan buku-buku, majalah dan kaset-kaset islami di depan masjid Ramsis. Ia tidak bisa menggelar dagangannya setiap waktu. Sebab harus berbagi dengan jam kuliah. Boleh dikata ia punya kesempatan serius menjajakan dagangannya hanya pada hari Jumat. Ketika kuliah libur. Keuntungannya menjual buku tak seberapa.
       Ketika bis sasmpai Ramsis ia turun. Seperti biasa ia langkahkan kakinya menuju masjid El Fath. Ia ingin melepas penat, sambil meunggu Ashar tiba. Ia masuk masjid. Terasa teduh. Masjid-masjid di Cairo selalu meneduhkan. Ia pilih sebuah tiang. Duduk, dan menyandarkan punggungnya, ke tiang. Tas hitamnya ia lepas. Ia letakkan di samping kanan. Kedua kakinya ia selonjorkan. Perlahan matanya memejam, namun pikirannya tetap melayang-layang. Dari mana ia akan dapatkan uang. Dari mana ia akan bayar sewa kontrakan. Ya Allah, mohon berikan aku jalan.

       Azan Ashar berkumandang. Ia bangkit. Harus segera turun sebelum orang mulai banyak. Ia harus buang air kecil dan ambil wudlu. Ia turun menuju kamar kecil. Benar. Orang mulai banyak. Belasan kamar kecil tertutup. Untung masih ada satu yang terbuka. Kosong. Ia masuk. Ia tutup pintunya. Di pintu ia temukan tas hitam kumal tergantung.
       “Ada yang lupa membawa barangnya.” Gumamnya.
       Di mana-mana, di muka bumi ini, barang tertinggal di kamr kecil sudah jamak dan biasa. Di kamar kecil masjid Annur Abbasea ia pernah menemukan kaca mata tertinggal. Di kamar kecil masjid Sayyeda Zaenab ia pernah menemukan bungkusan plastik hitam. Ternyata isinya dua kilo ikan tuna. Dan pemiliknya ternyata seorang mahasiswa dari Indonesia yang baru saja belanja di pasar Sayyeda Zaenab. Entah kenapa ia sering menemukan barang-barang yang tertingglal di kamar kecil.
       Ia ambil tas itu, lalu keluar dan berteriak ke arah orang-orang yang sedang berwudlu, “Ada yang merasa memiliki tas ini!”
       Tak ada yang menjawab.
       Sekali lagi ia berteriak, “Perhatian! Maaf, ada yang merasa memiliki tas ini. Aku temukan tergantung di kamar kecil nomor tiga belas.”
       “Pemiliknya mungkin sudah naik ke atas.” Sahut seseorang.
       “Serahkan saja pada pengurus masjid. Siapa tahu nanti pemiliknya mencari!” Sahut yang lain.
       “ Ya, serahkan saja pada pengurus masjid, biar nanti setelah shalat diumumkan.”
       “Baik.”
       Ia langsung bergegas ke tempat pengurus masjid. Menyerahkan tas itu dan ihwal penemuannya. Pengurus masjid yang berjenggot lebat itu tersenyum ramah dan berkata, “Bukankah kau yang biasa berjulan buku di depan?”
       “Benar paman.”
       “Siapa namamu?”
       “Mahmud. Lengkapnya Mahmud Ali El Kayyis.”
       “Apa yang kau lakukan sangat tepuji. Sesuai dengan namamu.  Tidak semua orang yang menemukan tas berusaha disampaikan yang berhak dan yang berwenag mengurusinya.
Aku bangga padamu. Semoga Allah memberkahi perbuatanmu, Anakku. Kau telah menunaikan amanah, dan insya Allah akan kami tunaikan amanah ini!”
       Ia kembali turun untuk memenuhi hajatnya yang tertunda.
* * *
       Usai shalat, pengurus masjid El Fath mengumumkan perihal ditemukannya tas hitam. Jika ada yang merasa memilikinya harap menemui imam masjid.
       Ia lega mendengar pengumuman itu. Berharap apa yang dilakukannya berpahala. Apapun isi tas itu, pasti yang punya merasa akan bahagia mendapatkannya kembali. Seperti saat ia lupa buku diktatnya tertinggal di masjid kampus. Ia benar-benar lupa saat itu. Sebelum shalat ia letakkan buku diktatnya di antara lemari tempat penyimpanan mushaf. Usai shalat ia langsung cabut pulang. Malamnya saat hendak membaca ulang tidak ia dapati bukunya. Barulah ia ingat, bukunya tertinggal di masjid. Ia sangat sedih. Buku itu sangat berharga baginya. Bagi sementara orang harganya mungkin murah. Tak seberapa. Tapi bagi dirinya yang serba kekurangan, buku itu sangat mahal. Sangat berharga. Pagi harinya ia bersegera ke kampus langsung ke masjid. Dan tidak ia temui bukunya di atas lemari. Ia sempat meneteskan airmata.
       “Oh siapakah yang mengambil bukuku? Untuk apa?”
       Ia coba beranikan bertanya pada seorang mahasiswa yang biasa menjaga masjid. Mahasiswa itu tersenyum dan berkata “Mari ikut saya!”
       Mahasiswa itu mengajaknya masuk ke ruang pengurus. Lalu mengambil sesuatu di rak. Sebuah buku.
       “Inikah bukumu itu?”
       “Benar.” Jawabnya dengan penuh suka cita.
       “Ambilah, Saudaraku. Apapun yang berada di rumah Allah ini insya Allah aman.”   
       Ia sangat bahagia saat itu. Benar-benar bahagia. Ia seperti terlepas dari kesulitan besar. Saat ia memegang kembali bukunya ia merasa menjadi orang paling bahagia diatas muka bumi ini.
       Ia berharap pemilik tas itu juga akan merasakan hal yang sama.
* * *
       Hari berikutnya ia kembali kuliah. Dengan semangat. Dan seperti biasa mampir di masjid Ramsis untuk shalat Ashar. Usai shalat, pengurus masjid mengumumkan bahwa kemarin ditemukan tas hitam itu tergantung di kamar kecil. Jika ada yang merasa memiliki boleh menghubungi imam. Ia mafhum bahwa pemilikinya belum mengembilnya. Namun ia sangat lega, dengan mendengar pengumum itu ia jadi sangat yakin bahwa orang-orang masjid sangat bisa dipercaya, sangat bisa diandalkan keamanahannya.
       Usai shalat, ia bergegas ke kontrakannya. Ia ingin menggelar dagangan bukunya. Bakda Maghrib ada pengajian Syaikh Sya’rawi. Biasanya jamaah membludak. Semoga di antara mereka ada yang berminat membeli buku dagangannya, terutama buku-buku yang ditulis Syaikh Sya’rawi yang dikenal sangat merakyat dan dalam ilmunya.
       Begitu sampai kontrakan. Ia langsung mandi. Cepat sekali. Ganti pakaian. Pakai minyak wangi pemberian Rahmi, teman karibnya satu kampus yang suka jual minyak. Dua kardus besar ia letakan di kedua bahunya. Sebuah tikar plastik ia selipkan antara kardus dan kepalanya. Terasa sangat berat. Tapi inilah hidup. Inilah jihad. Dan jika sudah terbiasa jadi terasa ringan-ringan saja. Ia turuni tangga. Sebab kamarnya ada di lantai tiga. Lalu berjalan melewati lorong-lorong sempit. Menyusuri trotoar. Melewati deretan gedung perkantoran. Sampai di depan Bank Ahli ia turunkan kardusnya. Ia kelelahan.
       Setelah cukup ia lanjutkan perjalanan. Menyeberang jalan. Sebuah sedan merah melaju kencang. Nyaris menyerempet kaki kanannya. Ia beristighfar sementara sopir sedan mengumpat-umpat tidak karuan. Empat menit kemudian ia sampai di tujuan. Trotoar depan masjid El Fath Ramsis. Ia turunkan pelan-pelan dua kardusnya. Ia gelar tikar. Lalu ia tata dan ia susun buku dagangannya sedemikian rupa. Demikian juga kaset-kaset dan majalah. Buku-buku Syaikh Sya’rawi ia susun semenarik mungkin di bagian paling depan. Sehingga tampak menonjol dan memikat hati yang melihatnya.
       Senja mulai pekat. Langit memerah di sebelah barat. Lampu-lampu kota mulai menyala. Orang-orang mulai deras berdatangan. Hatinya riang. Sudah delapan buku yang terjual. Semuanya buku fatwanya Syaikh Sya’rawi. Keuntungan masing-masing buku tiga pound. Sebelum Maghrib ia sudah dapat dua puluh empat pound. Ia tersenyum.
       “Alhamdulillah ya Rabb.” Pujinya pada Tuhan yang memberi rejeki.
       Ia lalu berharap jika Syaikh Sya’rawi tiap hari memberi ceramah di masjid Ramsis. Atau ada seratus ulama seperti Syaikh Sya’rawi, dan semuanya menulis buku. Lalu semuanya memberikan ceramah masjid Ramsis, tempatnya menggelar dagangan. Jika tiap hari ia bisa untung dua pukuh lima pound
saja, maka dalam satu bulan ia akan punya masukan paling tidak tujuh ratus lima puluhan pound. Dan itu sangat cukup untuk membayar sewa kamar, makan, ongkos bis, dan buku. Bahkan ia bisa menargetkan kapan menikah. Ah kenapa ia tiba-tiba berpikir menikah.
       “Ya Kapten, lau samah, bikam syarith dzai?”1
       Suara seorang perempuan membuyarkan lamunannya. Ia mengarahkan matanya ke asal suara. Hatinya bergetar sesaat. Di hadapannya seorang gadis berparas elok berjilbab putih berjongkok sambil memegang sebuah kaset. Ya, kaset ceramah Syaikh Sya’rawi berjudul: Al Mar’ah Ash-Shalihah. Satu detik matanya beradu dengan mata gadis itu. Ia menangkap kecantikannya.mata yang bundar dan bening. Muka yang bersih dengan tahi lalat di dagu kirinya. Ia segera menahan matanya, mengalihkannya ke kaset yang di pegang gadis itu.
       “E… sab’ah junaihat.”2    
       “Ghali awi!”3
       “La ya anisah, hadza jaded.”4
       “Arba’ah mumkin?”5 Gadis itu menawar.
       “Musy mumkin, afwan.”6
       “Khamsah la azid.”7
       “Masyi.”8
       Gadis itu mengambil kaset dan memasukannya ke dalam tas, lantas mengeluarkan lima pound. Ia mengambil uang itu seraya mengucapkan, “Terima kasih, Nona.”
       Setelah gadis itu berlalu ia raba hatinya. Masih ada getaran. Ia jadi berpikir, kenapa ia baru mengangankan nikah, tiba-tiba langsung ada gadis di hadapannya. Gadis yang membuat hatinya bergetar. Apakah ini tanda-tanda.
       “Ah, astaghfirullah, aku tak mau dijebak setan!” cepat-cepat ia menolak pikirannya.bukankah sudah tidak terhitung gadis berjilbab yang membeli dagangannya? Di antara mereka bahkan banyak yang lebih cantik dari gadis tadi. Kenapa tiba-tiba ia harus bergetar, harus merasa sesuatu yang lain?
       Saat Maghrib tiba masjid telah penuh. Ia merasa tidak perlu masuk masjid. Cukup menggelar koran dan ikut shalat jamaah di samping dagangannya. Usai shalat Syaikh Sya’rawi memberikan ceramahnya. Berkali-kali tasbih dan kalimat tauhid terdengar gemuruh dari para pendengar. Di tengah-tengah asyiknya mendengarkan ceramah. Sambil sesekali melayani pembeli tba-tiba seorang lelaki berjenggot bermuka ramah mendatanginya. Lelaki itu tak lain adalah salah satu pengurus masjid El Fath.
       “Apa kabarmu Nak? Laris?”
       “Alhamdulillah, saya baik. Rejeki hari ini juga baik.”
       “Syukur kalau begitu. E, begini Nak….”
       “Ya, Paman. Ada apa?”
       “Ada yang punya   perlu denganmu. Jika kau tidak keberatan. Habis shalat Isya datanglah ke kantor pengurs masjid.”     
       “Perlu apa ya kira-kira, Paman?”
       “Insya Allah baik untukmu. Bisa?”
       “Insya Allah, Paman.”
* * *
       Syaikh Sya’rawi memberikan siraman penyejuk jiwa sampai Isya. Beliau juga mengimami shalat Isya. Acara ceramah beliau disiarkan langsung ke seluruh penjuru Timur Tengah oleh sebuah stasiun televisi. Usai shalat, Mahmud sibuk dengan para pembeli bukunya. Semua buku tulisan Syaikh Sya’rawi ludes. Kaset ceramah beliau tersisa tiga. Buku-buku yang lain juga banyak dibeli. Ketika masjid mulai sepi, ia mengemasi dagangannya.
       “Ini sungguh hari yang penuh keberuntungan.” Katanya pada diri sendiri. Separo bukunya terjual. Ia menaksir keuntungannya hari itu kira-kira seratus empat puluh pound.
       “Lumayan, bisa untuk menyelamatkan muka. Bisa untuk membayar sewa kamar dua bulan.” Gumamnya pada diri sendiri.
       Setelah mengikat kardusnya ia melangkah ke masjid. Ia bawa barang dagangannya ke masjid. Ia letakkan di balik pintu masuk, lalu menuju salah satu ruang yang digunakan sebagai kantor para pengurus. Di sana ada beberapa orang yang berkumpul. Ia mengetuk pintu memberi salam. Yang ada di situ serentak menjawab salam. Sekilas ia kitarkan pandangan. Tak ada Syaikh Sya’rawi. Mungkun telah diantar pulang.
       “Nak Mahmud, silakan duduk.” Lelaki berjenggot bermuka ramah mempersilakan duduk.
       “Terima kasih.” Jawabnya. Ia lalu duduk di kursi yang masih kosong.
       “Diakah pemuda itu?” Seorang lelaki setengah baya berwajah bersih tiba-tiba berkata sambil memandang kearah Mahmud.
       “Benar, dialah orangnya.” Jawab lelaki berjenggot bermuka ramah.
       Mahmud yang merasa dirinya jadi obyek pembicaraan spontan bertanya,
       “Kalian membicarakan aku?”
       “Iya Nak Mahmud. Seperti yang saya sampaikan bakda shalat Maghrib tadi. Ada orang yang perlu denganmu. Ceritanya begini, bapak ini adalah Tuan Ragib Ali Ridhwan Hamid Ghazali. Beliaulah pemilik tas hitam yang kautemukan. Beliau ingin berterima kasih padamu.” Lelaki berjenggot bermuka ramah menjlaskan.
       “Benar Nak Mahmud. Saya sangat berterima kasih padamu. Sebagai rasa terima kasih, saya ingin memberikan sesuatu padamu. Nilainya mungkin tidak seberapa tapi semoga menjadi tanda syukur. Karena siapa yang tidak berterima kasih pada manusia dia tidak berterima kasih kepada Allah.” Kata lelaki setengah baya berwajah bersih bernama Ragab itu.
       Mahmud belum sempat mengucapkan sepatah kata, namun Tuan Ragab telah berdiri dan mengulurkan amplop kepadanya. Dengan spontan Mahmud menolaknya seraya berkata,
       “Sebentar Tuan Ragab. Kemarin itu saya hanya menunaikan amanah karena Allah. Itu saja. Itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai seorang muslim. Jadi, rasanya tidak semestinya saya menerima yang berlebih. Tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban. Bersyukurlah pada Allah.”
       “Iya. Kau benar. Tapi tolong terimalah tanda terima kasih saya padamu Nak. Terima kasih saya atas amanah yang kautunaikan.” Desak Tuan Ragab.
       “Maaf, janganlah Tuan memaksa saya untuk menerima
sesuatu sebagai imbalan kewajiban yang harus saya tunaikan.
Tolong, saya hanya melakukan karena Allah. Tolong. Saya sampaikan empati saya atas sikap Tuan yang hendak berterima kasih pada saya. Saya terima ungkapan terima kasihnya. Tapi tidak untuk sesuatu yang hendak Bapak berikan pada saya. Sekali lagi jangan paksa saya!”
       Tuan Ragab memandang kepada lelaki imam masjid yang hanya dengan diam saja sejak tadi. Sang imam mengisyaratkan dengan gelengan kepala dan telapak tangannya agar dia jangan memaksa.
       “Baiklah aku tak bisa memaksa. Tapi apakah kau tahu isi  tas hitam itu?” kata Tuan Ragab.
       Mahmud menggelengkan kepala seraya berkata, “saya sama sekali tidak membukanya.”
       “Aku percaya kamu tidak membukanya karena isinya masih utuh semua. Untung kamu tidak membukanya, kalau kamu membukanya setan mungkun akan memperdaya kamu agar kamu tidak menunaikan amanah dengan sebenar-benarnya. Lihatlah Nak Mahmud, ini isinya.”
       Tuan Ragab lalu mengeluarkan isi tas hitam. Pertama-tama koran bekas yang telah lecek. Bungkusan plastik hitam. Sebuah kantong kain berwarna hijau tua. Buku agenda. Dan sebuah pena hitam yang ujungnya kuning keemasan.
       “Kelihatannya tak ada yang istimewa kan? Tapi ini adalah setengah perjalanan hidupku.” Kata Tuan Ragab. Dia lalu mengambil bungkusan plastik hitam dan mengeluarkan isinya. Dua bundel dollar Amerika.
       “Jumlahnya tiga puluh ribu dollar.” Kata Tuan Ragab. Ia lalu meraih kantong hijau tua dan mengeluarkan isinya: seuntai kalung emas permata dengan bandul permata mulia berwarna   
merah tua yang sangat indah.
       “Ini nilainya tiga ratus ribu dollar. Baru saya beli dari Madrid untuk hadiah keberhasilan putriku semata wayang menghafalkan Al-Quran.”
       Tuan Ragab lalu beralih ke buku agendanya. Agendanya itu berkancing. Ia buka dan ia pegang selembar kertas seraya berkata dengan mata berkaca-kaca,
       “Ini cek dari seorang kolega di Port Said. Nilainya tujuh ratus tujuh puluh lima ribu pound. Inilah isi tas hitam lusuh ini Nak Mahmud, apakah aku tidak pantas memberikan sesuatu padamu sebagai ungkapan terima kasih.”
       Semua yang hadir di ruangan itu diam dan takjub. Semua baru tahu isi sebenarnya tas hitam kumal itu. Imam masjid dan pengurus masjid saat memeriksa tas itu hanya membuka agendanya. Mencatat keterangan yang ada di biodata di halaman depan. Yang tertulis hanya nama pemilik, tanggal lahir. Tidak ada alamat dan keterangan yang lainnya.
       Mereka tidak sampai memeriksa beberapa berkas yang ada di agenda itu. Juga tidak memeriksa isi kantung hijau tua dan bungkusan plastik. Begitu ada yang mengaku memiliki tas itu. Mereka mengujinya dengan menanyakan kartu identitas. Ketika nama dan data dalam kartu identitas sama dengan yang tertulis di dalam buku agenda dan bisa menyebutkan isi tas secara umum. Maka mereka percaya dialah pemiliknya. Dan memang sejak diumumkan tidak ada satu orang pun yang mengaku. Sampai datang Tuan Ragab menanyakan kepada pengurus masjid perihal tas hitam kumalnya yang tertinggal saat buang air kecil.
       “Allah yang mengatur semua. Alhamdulillah saya bisa mengamalkan ilmu dan menunaikan amanah. Saya ingin murni karena Allah. Jangan paksa saya,” Kata Mahmud lirih.
       “Jadi kau benar-benar tidak ingin menerima amplop ini?”
       “Jangan paksa saya, saya mohon.”
       “Aku sungguh bangga padamu Nak Mahmud. Baiklah aku tidak akan memaksa lagi. Namun aku tetap ingin mengungkap-kan rasa syukurku. Kepada yang hadir di ruangan ini saksikanlah aku sedekahkan cek senilai tujuh ratus tujuh puluh lima ribu pound untuk anak yatim dan fakir miskin. Pengelolaannya saya serahkan pada pengurus masjid. Pahalanya semoga terlimpahkan pada semua orang beriman yang menunaikan amanah dengan benar.”
       Kata-kata Tuan Ragab membuat hati yang hadir di ruangan itu bergetar. Mahmud bersyukur dalam hati bahwa ia bisa mempertahankan prinsipnya. Di akhir pertemuan Tuan Ragab membagikan kartu namanya. Saat bersalaman dengan Mahmud beliau mencium kening anak muda itu sebagai tanda cinta dan penghormatan.
* * *
       Hari berikutnya Mahmud menceritakan apa yang dialaminya dengan Tuan Ragab perihal tas hitam kumal itu pada sahabat karibnya Ramhi. Dan Ramhi menanggapinya dengan emosi,
       “Emang sewa kamarmu sudah kau lunasi!?”
       “Belum.” Jawab Mahmud.
       “Kau sungguh bodoh! Sok suci! Sok ikhlas! Miskin tapi sok kaya! Apa sih beratnya menerima tanda terima kasih. Mungkin itu bisa jadi modal kamu usaha. Kamu itu sungguh manusia aneh. Bayar sewa kamar saja nunggak berbulan-bulan tapi sok
malaikat. Sok tidak butuh uang. Dasar kolot, tolol, bahlul,
primitif! Sini berikan padaku kartu namanya biar aku cari Tuan Ragab itu dan aku ambilkan bagianmu.”
       Mahmud menggelengkan kepala.
       “Kenapa tidak?!” Sengit Ramhi.
       “Lelaki sejati tidak akan menjilat ludahnya!”
       “Bah! Dasar prtimitif kolot! Jika kau masih mem-pertahankan kekolotan prinsip-prinsipmu di era global seperti ini, kau tidak akan survive! Kau akan binasa terlindas realitas!”
       “Allah bersama orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
       Dengan muka kesal Ramhi meninggalkan Mahmud sambil bergumam,
       “Semoga kau dapat petunjuk wahai manusia lugu yang kolot!”
* * *
       Bumi terus berputar. Matahari terus terbit di timur dan tenggelam di barat. Tak pernah berhenti. Hari berganti hari. Setelah empat tahun kuliah Mahmud berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas dengan nilai mumtaz. Ia terpilih sebagai terbaik pertama di angkatannya. Selesai kuliah ia tidak pulang kampung, tapi mencoba bertahan di Cairo. Ia sangat ingin lanjut pascasarjana. Namun ia merasa perlu kemapanan ekonomi.
       Suatu hari di awal musim dingin ia pergi ke kampus.ia kangen dengan kampus. Ia ingin menemui beberapa teman satu angkatannya yang belum lulus sambil refresing menyegarkan pikiran. Di pintu gerbang ia berpapasan dengan Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh. Mahmud menyalaminya dengan penuh takzim.
       “Mahmud, sudah dua minggu ini aku mencarimu. Nanti jam satu siang datanglah ke ruang kerjaku.”
       Kata-kata Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh itu sangat menyejukkan hatinya. Jika ia dicari-cari seorang guru besar yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya seperti beliau maka itu suatu keberkahan. Suatu tanda akan datangnya kebaikan-kebaikan.
       “Insya Allah, Doktor.” Jawabnya singkat.
       Tepat jam satu kurang tiga menit ia masuk ruang kerja Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh dengan terlebih dahulu mengucapkan salam.
       “Wa’alaikumussalam. Duduklah Mahmud! Kau tepat waktu Mahmud. Aku senang.”
       “Ada yang bisa saya bantu Doktor?”
       “Begini Mahmud, aku mau bertanya padamu, mau tidak kamu mengamalkan ilmumu?”
       “Tentu Doktor. Bukankah ilmu harus diamalkan?”
       “Mau tidak kamu berjuang dan berdakwah?”
       “Tentu doctor. Itu adalah kewajiban seorang muslim.”
       “Rasanya aku tidak salah memanggil kamu. Begini, ada sebuah daerah di pelosok selatan Mesir yang sangat membutuhkan seorang dai. Maukah kamu diutus ke sana. Sebagai utusan resmi Al Azhar. Semua biaya Al Azhar yang menanggung. Kau juga akan dapat gaji. Kau tidak selamanya di sana. Hanya dua tahun. Setelah itu kau akan aku usahakan dapat beasiswa untuk lanjut S2. bagaimana?”
       Mendengar penjelasan Prof. Dr. Abdul aziz Abduh, hati Mahmud gerimis.
       “Saya wakafkan diri saya untuk dakwah, Doktor. Untuk dakwah saya siap ditempatkan dan diutus di mana saja.”
       “Aku bangga mendengarnya, Anakku. Bersiap-siaplah.
Surat-suratnya akan aku urus. Minggu depan kamu berangkat, insya Allah. Dan ingat kamu berangkat ke medan dakwah yang tidak ringan.”
       “Mohon doanya, Doktor.”
       “Hayyakallah ya Bunayya.”9
       “Amin.” 
* * *
       Minggu berikutnya, setelah menempuh perjalanan panjang dari Cairo ke Asyyut dengan kereta dan disambung dengan angkot sampailah Mahmud ke sebuah desa. Turun dari angkot ia masih harus berjalan kaki setengah kilo untuk mencapai perkampungan di mana dia ditugaskan. Begitu sampai ia langsung rumah imam masjid.
       Seorang petani memberi petunjuk,
       “Datangilah rumah yang bercat hijau. Di halamannya ada seekor keledai sedang ditambat. Dari sini kira-kira seratus meter. Setelah kebun korma.”
       Ia bergegas ke sana. Dengan mudah ia temukan rumah itu. Ia ketuk pintu. Seorang lelaki tua, berumur tujuh puluhan keluar. Ia berbincang dengannya penuh takzim, menjelaskan kedatangannya dan menyerahkan surat tugas. Lelaki tua itu mempersilakan masuk rumahnya, menyambutnya dengan penuh
suka cita, “Alhamdulillah surat permohonan saya ke bagian dakwah Al Azhar dikabulkan. Saya sangat bahagia. Saya berharap kau betah di desa ini dan bisa jadi penerang di desa kami.”
       “Kalau boleh tahu siapa nama Imam?”
       “Ah, sebenarnya saya merasa tidak pantas menjadi imam. Bacaan Al-Quran saya masih belum benar. Karena tidak ada yang lain jadi terpaksa saya menjadi imam. Nama saya Raghib. Nanti bakda shalat Maghrib kau akan kukenalkan pada jamaah masjid. Setelah itu kau akan kuajak berkunjung ke rumah para pemuka masyarakat desa ini. Mereka semua pasti akan senang dengan keberadaanmu di sini.”
       “Semoga Allah memudahkan semuanya.”
       Sejak hari itu mulailah perjuangan dakwah Mahmud benar-benar merasakan beban yang tidak ringan. Masyarakat di desa itu masih ada yang buta huruf. Masih ada yang belum bisa baca Al-Quran. Masih banyak yang belum mengerti ajaran Islam dengan benar.selama ada di desa itu, ia diangkat menjadi imam menggantikan Pak Raghib yang menjadi imam sementara. Ia menjadi rujukan, tempat bertanya masalah agama. Bahkan masalah sosial. Masyarakat begitu percaya padanya sebagai lulusan Al Azhar di Cairo. Anak-anak juga sangat lekat padanya. Mereka antusias belajar Al-Quran padanya. Seringkali Mahmud membuat acara yang sangat mengasyikan bagi mereka. Kematangannya ketika aktif di kepanduan sebelum masuk kuliah sangat berharga.
       Genap satu tahun, Mahmud seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat desa itu. Pengajian umum yang ia
buka di masjid setiap hari Jumat pagi dihadiri oleh ribuan orang. Tidak hanya masyarakat dessa itu namun juga desa-desa sekitarnya.
       Namun lazimnya sebuah dakwah, tidaklah mulus begitu saja. Sudah beberapa kali nyawanya terancam oleh mereka yang merasa keberadaan Mahmud sangat membahayakan mereka.
Mereka sebuah mafia kecil yang secara diam-diam menanam ganja di tengah-tengah kebun mereka. Mereka adalah bagian dari jaringan pengaedar narkotika di kawasan Mesir Selatan. Ulah mereka belum terendus pihak kepolisian. Kehadiran Mahmud yang berpendidikan dianggap sangat membahayakan. Beberapa kali Mahmud hendak dilenyahkan namun gagal.
       Mafia kecil itu terus mencari cara membinasakan imam muda ini. Akhirnya mereka sepakat untuk menghabisi Mahmud dengan rekayasa dan fitnah.
       “Begini, agaknya imam muda ini banyak disukai anak-anak gadis. Kita manfaatkan hal ini untuk membinasakannya. Kita pernah dengar dulu di Bani Israel ada seorang ahli ibadah yang namanya Barshisha. Dan ia hancur karena perempuan. Bagaimana kalau kita gunakan cara setan itu untuk membinasa- kan imam muda ini.” Seorang anggota mafia berambut keriting mengajukan usul.
       “Boleh. Riilnya bagaimana?” Ketua mafia menyahut.
       “Begini Bos,” Kata lelaki berambut keriting, “Saya telah amati kegiatan imam muda itu dua minggu penuh. Juga saya bertanya banyak hal tentangnya ke para penduduk. Imam muda itu punya pengajian rutin Tafsir Jalalin di masjid tiap hari malam Ahad. Tempatnya di masjid selatan desa. Dia pulang dan pergi tidak pernah sendirian. Jadi kalau kita gunakan kekerasan justru berbahaya.”
       “Terus gimana membinasakan dia?” Sahut sang ketua tidak sabar.
       “Begini Bos, kita fitnah dia. Penduduk desa ini paling anti dan paling murka terhadap orang yang mengotori anak gadisnya. Saya dapat informasi ada seorang anak gadis yang sangat suka
apa saja asal dapat imam muda ini. Setahu saya, imam muda ini
sampai di rumahnya dari pengajian Tafsir Jalalain jam setengah dua belas malam. Kita akan manfaatkan Sadia. Kita seolah membantu Sadia, namun Sadia harus ikut skenario kita. Dan harus menjaga rahasia. Begitu Bos.”
       “Lha terus riil memanfaatkan Sadia itu gimana, Keriting?”
       “Begini Bos, saat si imam muda itu pergi mengaji Tafsir Jalalain, diam-diam dengan cara yang tidak diketahui orang kita datangi rumah imam itu lewat belakang. Kita ajak Sadia ikut serta. Kita congkel pintu belakang, kita minta Sadia masuk dalam rumah imam itu. Sadia harus bersembunyi. Ketika imam itu nanti pulang dan tidur pulas. Sadia harus tidur di samping imam itu. Satu ranjang kalau perlu dengan pakaian yang tampak acak-acakan. Saat itulah kita grebek, kita kerahkan orang kampung. Pada saat kita grebek Sadia harus memeluk imam muda itu kuat-kuat, menangis dan menjerit-jerit. Dengan demikian hancurlah imam muda itu. Ia akan dilempari batu seperti anjing kurap oleh seluruh penduduk kampung. Akan diusir.”
       Sang ketua manggut-manggut mengerti.
       “Apa Sadia mau. Pasti mau bos. Dia sudah masuk perngkap kita. Sekarang dia sudah ikut pakai ganja sebab kakaknya juga bagian dari kelompok kita.”
       “Bagus. Segera jalankan rencanamu dengan matang. Ajak dan provokasi para pemuda yang tidak suka dengan imam sok suci itu!”

* * *
       Sore itu Mahmud asyik membuat acara permainan dengan anak-anak di sebuah kebun korma. Tiba-tiba seorang anak berteriak,
       “Imam… imam itu ada ular!”
       Mahmud langsung melihat ke arah yang ditunjuk si anak. Ya ada seekor ular cobra yang sangat berbahaya. Ia minta anak-anak menyingkir. Di kepanduan ia pernah belajar mengatasi ular. Sepuluh menit kemudian Mahmud telah berhasil meringkus ular itu dengan kain yang ia gunakan untuk tikar.
       “Jangan takut ini ularnya sudah tertangkap.”
       Anak-anak gembira.
       “Imam memang hebat. Di sini belum pernah ada seorang pun yang berani menangkap ular cobra. Kepala desa yang dulu meninggal katanya karena dipatuk ular cobra.” Kata anak yang tadi berteriak.
       Sore itu kabar imam muda menangkap ular cobra langsung tersiar ke seluruh penjuru desa. Seorang petani separo baya mendatangi Mahmud dan menasihati,
       “Imam, jangan main-main dengan cobra. Lebih baik langsung di bunuh saja!”
       “Saya tidak main-main kok, Paman. Ular ini sengaja tidak saya bunuh sebab besok pagi saya ingin membawanya ke dokter untuk diambil serumnya. Serum itu bisa jadi obat jika kelak ada penduduk desa ini digigit ular berbisa ini. Jangan kuetir, Paman.”
       Setelah faham petani itu tersenyum dan minta diri. Mahmud memasukkan ular itu ke dalam kantong goni lalu mengikatnya dan meletakannya di ruang belakang rumahnya.
       Setelah Maghrib, Mahmud membaca tafsir yang akan dia sampaikan untuk pengajian rutin. Bakda Isya ia berangkat ke masjid selatan desa untuk menyampaikan pengajian.sementara kelompok mafia mulai menjalankan rencananya. Sebagian mereka sudah mampu menyebar fitnah dan meyakinkan
sebagian penduduk desa bahwa si imam muda itu tak lain adalah seekor srigala busuk. Imam muda itu telah mengotori desa dan menodai kesucian gadis desa, di antara korban yang sedang dalam cengkeramannya adalah Sadia.
       Sebagian yang lain ada yang menyebar desas-desus ke kalangan ibu-ibu. Mereka minta ibu-ibu melihat apa yang akan terjadi malam nanti. Malam nanti akan ketahuan siapa sebenarnya imam muda yang selama ini dipuji-puji itu.
       Di sebuah rumah, Sadia telah siap dengan segala fitnahnya.
       “Suratku tak pernah ditanggapinya. Malam ini imam sok suci itu akan tahu siapa Sadia. Dia akan tunduk di telapak kakiku.” Gumamnya.
       Tepat pukul sepuluh Sadia dan lelaki berambut keriting berhasil masuk rumah Mahmud lewat pintu belakang. Sadia berpakaian setengah telanjang. Ia benar-benar sudah kehilangan rasa malunya. Di luar rumah ketua mafia bersiaga penuh dengan beberapa anak buahnya. Beberapa anak buah yang lain bertugas membawa para pemuda pada saat yang tepat.
       Tepat pukul sebelas Mahmud pulang diantar oleh seorang pemuda. Setelah pemuda itu pamit, Mahmud masuk rumah. Ia tidak masuk ke kamarnya tapi duduk di ruang tamu. Ia belum mengantuk. Ia ingin membaca Fiqhus Sunnah yang ditulis oleh Sayyid Sabiq.
       Sastu jam kemudian, terdengar teriakan yang sangat gaduh di luar rumahnya. Teriakan itu mencaci-maki dirinya. Pintu rumahnya digedor dengan sangat keras.
      “Ayo seret imam pezina itu!”
      “Telanjangi Mahmud serigala itu! Arak dia biar jadi pelajaran!”
       Belum sempat ia beranjak dari tempat duduknya, pintu itu telah terbuka. Didobrak. Mahmud berdiri kaget. Kitab Fiqhus Sunnah masih ditangannya. Orang-orang masuk dengan marah. Yang paling depan adalah ketua mafia. Mata Mahmud beradu dengan matanya. Ketua mafia agak gentar, tidak seperti yang direncanakn. Tidak ada suara merengek atau tangis Sadia. Ke mana Sadia? Namun ia tidak kehabisan akal. Ia langsung menggertak.
       “Di mana Sadia kausembunyikan, Bangsat!”
       Mahmud tidak gentar, “Siapa Sadia?”
       “Jangan sok tidak tahu. Sadia yang kauzinai setiap malam!”
       Mahmud kaget, “Apa zina? Aku mezinai Sadia? Astagh-firullah. Na’udzubillah. Jangan sembarangan kau bicara! Menuduh zina adalah kriminal!”
       Jangan banyak bacot. Langsung seret saja pemuda ini. Sadia adalah korbannya ia telah menodai gadis lugu itu. Ayo seret dia!”
       Para pemuda yang emosi langsung bergerak memegang tangan Mahmud. Mahmud melawan dengan menampar mereka. Terjadi pergulatan. Tiba-tiba terdengar teriakan keras, “Berhenti! Ada apa ini?”
       Ternyata suara kepala desa. Di belakangnya ada beberapa orang polisi. Rupanya kepala desa mencium gerakan para  pemuda. Ia ingin menegakan hukum, siapa pun yang salah harus diadili sesuai hukum, makanya ia mengundang polisi. Sebelum Mahmud angkat bicara, ketua mafia angkat bicara dan meluncurkan tuduhan dan fitnahnya. Panjang lebar, dan dengan suara sangat meyakinkan,
       “Beberapa kali aku melihat dia dan Sadia berbuat mesum!”
       Mahmud emosi, “Dia bohong! Dia memfitnah! Ini fitnah!” 
       “Aku bahkan pernah melihat tengah malam Sadia menutup
jendela kamar rumah ini, dalam keadaan telanjang dada dan di belakangnya si jahannam ini mendekapnya mesra!” cerocos ketua mafia.
       “Sudah diam kamu Bandot! Tuduhan kamu harus kamu buktikan!”  Bentak kepala desa.
       “Akan aku buktikan! Aku yakin Sadia sedang terlelap di salah satu ruangan di rumah ini setelah dibius srigala ini! Ayo kita geledah!” Sahut ketua mafia mantap.
       Ia bergerak. Beberapa orang bergerak. Pak kepala desa, dua polisi dan Mahmud mengikuti. Mahmud hanya pasrah kepada Allah. Kamar pertama digeledah, tak ada apa-apa. Kamar kedua juga. Kamar ketiga, yang tak lain kamar tidur Mahmud digeledah. Dengan sangat teliti. Almari dibuka. Kolong ranjang diteliti tak ada apa-apa. Wajah ketua mafia merah. Ia marah. Dalam hati ia mendesis, “Di mana kau Sadia? Kurang ajar kamu! Kamu telah mempermainkanku. Awas aku cincang kamu!”
       Ketua mafia itu lalu mengajak menggeledah ke ruang belakang yang tak lain adalah dapur dan kamar mandi. Ruang belakng itu gelap. Beberapa orang menyorotkan senternya. Sinar senter itu menerangi ruangan. Di atas lantai orang-orang terkesima dengan pemandangan yang merekaa lihat. Dua orang anak manusia lain jenis diam tak bergerak dalam posisi yang sangat memalukan. Tubuh keduanya telanjang.
       “Itu Sadia!” teriak seorang pemuda.
       “Lha itu yang menidihnya siapa?” Tanya seseorang.
       Kepala mafia pucat.
       “Itu si kerempeng. Anak bejat dari kampung utara!”
       Polisi melihat keduanya.
       “Inna lillahi wa inna ilahi raaji’un. Keduanya sudah tidak
bernyawa. Ada gigitan ular di kaki kedua manusia jalang ini. Kata polisi itu.
       Kepala desa langsung berkata pada ketua mafia, dan ia tidak tahu kalau yang ia ajak bicara adalah seorang ketua pengedar narkotika,
       “Hai Bandot, berarti kau salah lihat. Yang berbuat mesum bersama sadia itu bukan Mahmud. Tapi si pemuda keriting ini. Saya tahu persis siapa Mahmud. Sejak dia datang sampai sekarang saya tahu persis akhlaknya. Memang rumah ini sering ditinggalkannya kalau malam untuk mengisi pengajian. Jadi sering kosong. Kelihatannya itu dimanfaatkan dua manusia itu. Karena mereka merasa aman melakukannya di sini. Tapi Allah tidak ingin membiarkan hal ini berlanjut terus.”
       “Ya aku bersaksi Mahmud bersih dari tuduhan keji itu. Kenyataan di depan mata kita telah membuktikannya. Memang sejak satu minggu ini ada yang menyebar desas-desus tidak sedap tentang imam muda kita. Dan malam ini semuanya jelas.” Sahut seorang ibu-ibu yang ikut menyaksikan kejadian itu.
       Dalam hati Mahmud bersyukur telah selamat dari fitnah. Ia merasa ada makar yang ingin mencelakainya di balik kejadian menggegerkan desa malam ini, dan Allahlah yang menggagalkan.
       Penduduk desa, juga Mahmud tak ada yang tahu, apa yang dilakukan Sadia dan Pemuda Keriting setelah masuk rumah Mahmud. Setan telah membakar nafsu mereka berdua di tempat gelap itu karena pengaruh ganja yang mereka hisap. Tangan pemuda itu tidak sadar membuka ikatan karung goni yang berisi ular saat sedang berasyik masyuk. Saat jantung berdegup kencang. Tanpa mereka sadari ular itu memaruk kaki mereka.
Jantung terus berdegup. Racun mematikan pun menyebar dengan cepat. Dan tamatlah riwayat mereka berdua. Makar yang mereka buat membinasakan mereka sendiri.
* * *
       Peristiwa malam itu berbuntut panjang. Kakak Sadia yang juga anggota mafia kecil itu tidak bisa teerima atas kematian adiknya. Ia tahu persis adiknya adalah korban dari makar busuk ketua mafia.
       Diam-diam ia mendatangi kantor polisi dan membocorkan rahasia yang selama ini ia pendam. Ia juga mendatangi kepala desa, dan membocorkan semua yang ia tahu, termasuk makar fitnah untuk membinasakan sang imam muda, Mahmud, pada malam itu.
       Polisi bergerak cepat. Seluruh anggota mafia di desa itu dan desa-desa sekitarnya di tangkap. Bahkan jaringan yang lebih besar di Mesir selatan segera digulung. Kepala desa mengum-pulkan warganya dan menjelaskan lebih detil tentang makar fitnah itu. Penduduk desa semakin mencintai Mahmud.      
       Tak terasa sudah sembilan belas bulan Mahmud berdakwah di desa itu. Sudah cukup banyak perubahan. Anak-anak sudah fasih baca Al Quran. Para orang tua sudah memahami isi aqidah Thahawiyyah, Fiqh Sunnah, dan inti risalah Islam. Sebuah balai serba guna didirikan di samping masjid.
       Tiga bulan lagi tugasnya usai. Ia ingin kembali ke Cairo dan melanjutkan S2. Ia hendak menyampaikan hal itu pada kepala desa, agar tidak mengejutkan kepergiannya. Usai shalat Maghrib ia membicarakn hal itu pada kepala desa dan beberapa pengurus
masjid, termasuk Pak Raghib yang sangat dihormati. Apa yang ia sampaikan ditanggapi dengan keharuan dan tetesan airmata. Kepala desa berkata dengan mata berkaca,
       “Kami sangat mencintaimu Nak Mahmud. Kami sebenarnya ingin Nak Mahmud tinggal di sini. Atau lebih lama di sini. Namun semua kembali pada Nak Mahmud. Kami tidak bisa dan tidak berhak memaksa. Namun ada satu permintaan kami yang kami sangat berharap Nak Mahmud tidak menolaknya.”
       “Apa itu?” Tanya Mahmud.
       “Bicaralah Paman Raghib.”
       “Begini Nak Mahmud. Saya punya cucu. Satu-satunya. Tidak cucu langsung, tapi cucu kakak saya yang telah meninggal karena kecelakaan, setengah tahun sebelum kau datang kemari. Akulah satu-satunya keluarganya. Aku sudah tua. Sejak kecil ia hidup di desa ini. Sejak kecil. Meski ayah-ibunya tinggal di kota Thanta, ia tinggal di sini. Bersama kami. Karena ia memang dilahirkan di sini. Setiap dibawa ke Thanta ia sakit. Tapi jika dibawa ke sini ia sembuh.
       “Boleh dikata cucu saya itu, menurut pengakuan orang-orang di desa ini adalah gadis tercantik dan terpandai. Dialah satu-satunya gadis yang menghafal Al-Quran. Menghafal Al- Quran dengan kemauannya sendiri. Cucu saya ini juga bisa dikatakan orang paling kaya di desa ini. Selain mewarisi kekayaan ayahnya di Thanta, ia juga mewarisi kekayaan kakeknya, yaitu kakak saya. Tanggung jawab saya adalah menikahkannya dengan pemuda yang saleh, bertakwa, berilmu dan bertanggung jawab. Saya merasa kau sangat tepat. Saya berani menjamin ia gadis yang salehah. Sekarang sedang kuliah di Al azhar Banat, Cairo, tahun kedua. Ini permohonan saya. Dan saya berharap tidak kamu tolak. Saya akan sangat merasa aman jika dia dalam naungan lelaki saleh sepertimu.”
       Perkataan Pak Raghib membuatnya kaget dan terkesima. Lidahnya susah digerakkan. Ia diam. Semua yang ada dalam pembicaraan itu diam. Suasana hening sesaat. Akhirnya ia berhasil menggerakan lidah dan bibirnya,
       “Sa… saya akan istikharah dulu.”
* * *
       Tiga kali ia istikharah. Setiap kali istikharah ia tidur. Dan dalam tidur selalu bermimpi membaca Al Quran surat Ar Ruum ayat 21. Ia sangat yakin, itu ilham agar ia segera menikah. Akhirnya ia menyampaikan jawaban ‘menerima tawaran itu’ pada Pak Raghib. Jawaban Mahmud menerbitkan airmata haru lelaki itu.
       Minggu berikutnya diadakan acara ta’aruf antara Mahmud dan cucu Pak Raghib itu. Acara dihadiri kepala desa. Mahmud hanya bisa menunduk dengan hati dan jantung berdebar-debar. Darah mudanya meluap. Ia penasaran. Seperti apa rupa gadis yang katanya paling pilihan di desa ini.
       Istri Pak Raghib mengeluarkan minuman dan makanan. Gadis itu tidak ikut keluar. Setelah berbincang-bincang cukup lama. Pak Raghib berkata,
       “Ya Hafshah keluarlah!”
       Tak lama kemudian seorang gadis berjilbab panjang putih bersih keluar. Iaduduk di samping istri Pak Raghib.
       “Nak Mahmud, ini Hafshah cucuku.” Kata Pak Raghib.
       Mahmud mengangkat muka ke arah wajah gadis itu. Si gadis juga melakukan hal yang sama. Dan….
       Subhanallah! Ia teringat peristiwa dua tahun yang lalu. Peristiwa di musim semi, saat ia berjualan buku. Gadis ini bukankah? Ya, persis! Mata yang bundar dan bening. muka yang bersih dengan tahi lalat di dagu kirinya. Si gadis agaknya juga kaget. Cukup lama mereka berpandangan.
       “Agak aneh. Apa kalian pernah saling kenal?” Pak Raghib menangkap gelagat. Gadis itu diam. Mahmud mencoba mengingat kejadian itu. Ia bergumam,
       “Masjid El Fath, Ramsis. Kaset Syaikh Sya’rawi berjudul: Al Mar’ah Ash-shalihah.”
       Gadis itu tiba-tiba menyambung lirih,
       “Ya kapten, lau samah, bikam syarith dza?
       E….sab’ah junaihat!
       Lu ya anisah, hadza jaded.
       Arba’ah mumkin?
       Musyi mumkin, afwan.
       Khamsah la azid.
       Masyi.”
       Mahmud terhenyak, gadis itu masih ingat dialog tawar menawar kaset itu dua tahun yang lalu. Sebelum Mahmud bicara gadis itu menjelaskan dengan detail pertemuan dua tahun yang lalu. Pertemuan yang setelah itu tidak bertemu lagi kecuali saat ta’aruf itu.
       Paman Raghib dan semua yang hadir mafhum. Ia lalu membahas lebih dalam. Hafshah dan Mahmud sama-sama rida. Hari pernikahan pun ditentukan.
* * *
       Musim semi yang penuh barakah. Pagi yang indah. Langit yang cerah. Orang-orang menatap hari dengan penuh gairah. Begitu juga Hafshah dan Mahmud. Pagi hari Jumat itu berlangsung akad nikah di desa bersuka cita. Anak-anak mendendangkan lagu kebahagiaan dan cinta.
       Rumah tua yang ditempati Mahmud ternyata adalah rumah tempat Hafshah dulu dilahirkan. Rumah itu telah direnovasi. Dicat kembali. Kamar pengantin dihias indah dan wangi.
       Malam usai shalat Isya Mahmud masuk kamar. Sang isteri telah menanti. Kali ini tidak berjilbab. Mahmud terhenyak ketika melihat kalung permata yang dipakai Hafshah. Kalung emas permata dengan bandul permata mulia berwarna merah tua yang sangat indah. Ia memandangi kalung itu lama sekali.
       Hafshah heran dan bertnya,
       “Ada apa denganmu, Suamiku? Kenapa wajahmu pucat dan matamu berkaca-kacaa saat kau melihat kalung permata ini?”
       Mahmud berkaca-kaca, dan berkata,
       “Jika mataku tidak silap. Aku pernah melihat kalung mutiara ini dua tahun yang lalu. Pemiliknya mengatakan kalung ini dibeli dari Madrid untuk hadiah putri semata wayangnya yang baru hafal Al-Quran.”
       Mendengar hal itu Hafshah terisak. Ia teringat cerita ayahnya almarhum. Terbata- bata ia berkata,” Jadi kaukah yang menemukan tas hitam lusuh di kamar kecil masjid Al Fath itu?  Kaukah yang menolak pemberian tanda terima kasih dari pemiliknya itu?”
       Mahmud kaget, “Kau tahu peristiwa itu? Dari mana kau tahu peristiwa itu?”
       “Kau ingat nama Ragab Ali Ridhwan Hamid Ghazali.”
       “Ya. Itu pemilik tas itu?”
       “Beliau adalah ayahku.”
       “Ayahmu?”
       “Ya.”
       “Subhanallah. Ketika namamu disebut dalam akad nikah Hafshah binti Ragab Ali Ridhwan Hamid Ghazali. Aku tidak pernah berpikiran nama pemilik tas hitam lusuh itu. Sebab betapa banyak nama Ragab di Mesir ini.”
       “Hari itu aku datang ke masjid El Fath bersama ayah. Aku asyik melihat buku-buku. Ayah yang bertanya ke pengurus masjid. Ketika ayah bilang tasnya telah ditemukan masih utuh aku sangat bahagia. Sementara ayah menunggu di masjid bakda shalat Isya, aku memilih langsung istirahat ke hotel. Setengah sepuluh ayah masuk hotel sambil menangis. Aku bertanya pada ayah ada apa. Ayah menjawab, ‘Yang menemukan tas ayah yang sangat berharga ini adalah seorang pemuda yang sangat menjaga keikhlasan dan sangat menjaga amanah. Aku akan merasa bahgia jika Allah berkenan menjodohkan dirimu dengannya.’ Suamiku, apakah kautahu apa yang kulakukan saat mendengar perkataan ayah itu?”
       “Aku tak tahu? Apa yang kaulakukan?”
       “Dalam hati aku berdoa kepada Allah, jika pemuda itu memang benar-benar saleh dan menjaga amanah semoga kelak ia benar-benar menjadi jodohku. Dan Allahu akbar! Allah mengabulkan doaku.”
       “Allahu akbar. Saat itu aku menolak amplop pemberian ayahmu. Dan ternyata Allah menyiapkan yang lebih berharga dari itu.”
       “Ya. Aku dan segala yang kumiliki sekarang ada dalam kuasamu.”
       “Aku merasa musim semi ini benar-benar penuh barakah.”
       Hafshah mendekat dan meletakkan kepalanya dalam dada Mahmud. Sesaat, suasana haru dan indah memenuhi kamar pengantin. Kedua makhluk Allah itu larut dalam rasa syukur yang dalam dan panjang. 
* * *

1 Kapten, maaf, berapa harga kaset ini?
2 Tujuh pound.
3 Mahal sekali.
4 Tidak nona, ini baru.
5 Empat, mungkin.
6 Tidak mungkin, afwan.
7 Lima (pound), tak akan aku tambah.
8 Okay.
9 Semoga Allah selalu menjagamu, memberimu keberhasilan hidup wahai anakku.
 

-Habiburrahman El Shirazy-

Minggu, 26 Februari 2012

Astaghfirullahaladzim, Al-Qur'an Dibakar ?

Assalamualaikum wr.wb.

Warga Celcius tahukah Anda berita hangat baru-baru ini ? Ya, khususnya mengenai dunia keislaman yang telah dihebohkan dengan peristiwa pembakaran Al-Qur'an di Afghanistan, lima hari yang lalu. Sungguh merupakan perbuatan yang benar-benar dilaknat oleh Allah SWT. Menghina saja adalah dosa besar, apalagi ada yang berani-beraninya membakar Al-Qur'an. Naudzubillah min dzalik. Mari kita simak peristiwanya.


Peristiwa pembakaran Al-Qur'an yang terjadi di salah satu pangkalan militer NATO di Afghanistan adalah bukan merupakan suatu kesengajaan, seperti yang dikatakan oleh salah seorang anggotanya. Mereka berkutat bahwa Al-Qur'an tersebut tidak sengaja terbawa di tempat sampah bersama dengan barang-barang lain yang hendak dimusnahkan dengan membakarnya.

Seorang jubir dari Parwan Prefecture bersaksi bahwa tak lama setelah pembakaran tersebut, warga didekat lokasi segera mematikan kobaran api dan menyelamatkan Al-Qur'an. Diduga, Al-Qur'an tersebut milik tahanan di Bagram. Setelah kejadian itu, warga yang ikut menyaksikan peristiwa tersebut menyebarkan berita tersebut secara cepat. Alhasil, ribuan massa kini terkumpul dalam aksi protes atas pembakaran Al-Qur'an yang dilakukan oleh NATO. Pihak NATO pun berusaha meminta bantuan para tokoh Afghanistan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi, kelompok yang tergabung dalam aksi protes tersebut terlanjur berkembang biak merebak dengan begitu cepatnya.

Dalam pandangan Islam, segala bentuk penistaan terhadap Islam dan syiar-syiarnya sama dengan ajakan berperang. Pelakunya akan ditindak tegas oleh Khilafah. Seorang Muslim yang melakukan penistaan dihukumi murtad dan dia akan dihukum mati. Bagi non-muslim, bisa dikenai ta'zir yang sangat berat, hingga sampai pada hukuman mati. Bagi non-muslim yang tinggal di negara kafir seperti AS dan sebagainya, maka Khilafah akan memaklumkan perang terhadapnya untuk menindak dan membungkam mereka. Dengan begitu, siapapun tidak akan berani melakukan penodaan terhadap kesucian Islam.

Telah disepakati oleh para fukaha dari berbagai mazhab, bahwa hukum menghina al-Quran jelaslah haram, apapun bentuknya, baik dengan membakar, merobek, melemparkan ke toilet maupun menafikan isi dan kebenaran ayat dan suratnya. Jika pelakunya Muslim, maka dengan tindakannya itu dia dinyatakan kafir (murtad). Jika dia non-Muslim, dan menjadi Ahli Dzimmah, maka dia dianggap menodai dzimmah-nya, dan bisa dijatuhi sanksi yang keras oleh negara. Jika dia non-Muslim dan bukan Ahli Dzimmah, tetapi Mu’ahad, maka tindakannya bisa merusak mu’ahadah-nya, dan negara bisa mengambil tindakan tegas kepadanya dan negaranya. Jika dia non-Muslim Ahli Harb, maka tindakannya itu bisa menjadi alasan bagi negara untuk memaklumkan perang terhadapnya dan negaranya.

Mungkin karena itulah sekelompok pemrotes dalam peristiwa yang bisa dibilang "menghina" yaitu pembakaran Al-Qur'an berkeinginan melakukan aksi yang lebih lanjut. Hingga hari ini, mereka dikabarkan masih terus melakukan aksi protes terhadap NATO. 

Nah, kita sebagai umat Islam haruslah ikut prihatin atas peristiwa pembakaran Al-Qur'an tersebut. Tapi, entahlah hanya Allah SWT yang tahu apakah perbuatan tersebut tidak disengaja ataukah memang disengaja. Semoga, kita bisa menjaga, merawat, mengamalkan, dan meninggikan Al-Qur'an dalam hidup kita karena tak lain Al-Qur'an adalah jalan menuju kebenaran dan petunjuk menuju kemuliaan. 

Sekian. Wassalamualaikum wr.wb.

Sabtu, 25 Februari 2012

Nabi Muhammad Sebagai Orang Paling Berpengaruh Di Dunia

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah warga Celcius, kita patut bersyukur kepada Allah SWT karena insyaAllah kita berada di jalan yang benar. Karena apa, seseorang yang telah menjadi Nabi dan Rasul kita menjadi seseorang yang paling berpengaruh di dunia. Mau tahu mengapa Rasulullah SAW disebut sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia ? Mari kita simak bersama.

Dalam sebuah buku yang bertajuk " The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History" buah karya Michael H.Hart menyebutkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah orang yang menduduki peringkat pertama dari seratus orang yang paling berpengaruh sedunia.Ia memberikan alasan mengapa Rasulullah SAW menjadi orang yang paling berpengaruh di dunia. Menurut penilaiannya, Nabi Muhammad 
SAW adalah satu-satunya orang dalam sejarah peradaban manusia yang berhasil meraih sukses luar biasa baik dari segi agama maupun ruang lingkup duniawi. Nabi Muhammad SAW telah berhasil meyakinkan masyarakat kafir Quraisy agar mau meninggalkan kebiasaan menyembah berhala menuju sikap ketauhidan yang hakiki yakni meng-Esa-kan Allah sebagai Tuhan.

Nabi Muhammad SAW juga telah berhasil mengemban amanat sebagai nabi dan rasul Allah, meyakinkan umat sampai akhir zaman bahwa agama Islam adalah agama untuk seluruh umat manusia (Al-A’raf:156) serta rahmatan lil ‘alamin/rahmat bagi semesta alam (Al-Anbiya:107). Kini setelah wafatnya, agama Islam dengan kitab suci Al-Quran serta As-sunahnya telah menjadi keyakinan, pedoman dan pegangan hidup sebagian besar umat di dunia. Penghargaan dan penghormatan seorang H. Hart terhadap keberadaan Nabi Muhammad SAW yang dalam literasi Islam diyakini sebagai Rasulullah serta nabi dan rasul terakhir/penutup atau khataman nabiyyin (Al-Ahzab 40, Al-Fath 29) juga merupakan kewajiban seluruh umat Islam dalam berbagai dimensi waktu : masa lalu, masa kini maupun masa mendatang mengingat Nabi Muhammad SAW diyakini perilaku kehidupannya adalah contoh teladan yang baik/uswatun hasanah (Al-Ahzab 21), berakhlak mulia (Al-Qolam 4) serta bersih dari dosa dan kesalahan (Al-Fath 2).

Allah SWT telah merencanakan sesuatu untuk Nabi Muhammad SAW jauh sebelum kelahiran beliau, bahkan nabi-nabi sebelumnya telah pernah diangkat janjinya untuk percaya akan datangnya seorang rasul (Ali Imran 81). Tanda-tanda lain menurut Quraish Shihab (1999) terlihat pula dari bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabiul Awal (musim bunga). Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah), ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya Abdul Muthalib bergelar Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang membantu melahirkan bernama Asy-Syifa’ (yang sempurna dan sehat) serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sa’diyah (yang lapang dada dan mujur), semuanya mengisyaratkan keistimewaan serta berkaitan erat dengan kepribadian Nabi Muhammad saw.

Muhammad lahir dalam keadaan yatim dari keluarga yang sederhana, peninggalan ayahnya Abdullah sesudah wafat hanyalah lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan yaitu Umm Aiman, yang kemudian menjadi pengasuh Nabi, semuanya menggambarkan bahwa keluarga Muhammad bukan keluarga yang kaya, tapi bukan pula keluarga yang miskin. Allah SWT kemudian memberinya hidup berkecukupan, khususnya menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah a.s. sebagaimana firman-Nya, “Bukankah Dia (Tuhan) mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu, dan Dia mendapatimu bimbang, lalu Dia memberi petunjuk kepadamu, dan Dia mendapatimu dalam kedaan kekurangan, lalu memberimu kecukupan” (Q.S. Ad-Dhuha: 6-8).
Kebimbangan dan keraguan beliau digambarkan dalam Alquran manakala ia sendiri tidak pernah menduga akan mendapat tugas mulia dari Allah SWT harus menjalankan tugas sebagai nabi (penyampai berita) pada usia 40 tahun yang disebutkan dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15 sebagai usia kesempurnaan, ditandai dengan turunnya wahyu pertama Iqro’ bismi Rabbik. Selanjutnya dengan petunjuk dan bimbingan Allah SWT melalui wahyu-Nya atas perantaraan Malaikat Jibril, Nabi Muhammad saw. menjalankan tugasnya sesuai perintah Allah SWT yakni menyampaikan ajaran Islam, bukan saja untuk masyarakat dan waktu tertentu, tetapi untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat, sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah (hai Muhammad), wahai seluruh manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kamu semua.” (Al-A’raf 158).
Nah, dari penjelasan tersebut bisa kita ambil hikmah yaitu sebagai kaum muslimin yang bersaksi bahwa Allah SWT adalah Tuhan, dan Rasulullah Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul yang terakhir serta rahmat bagi semesta alam, maka marilah kita renungkan dan marilah kita contoh seluruh kebaikan yang ada pada diri Rasul karena sesengguhnya kesempurnaan telah diberikan kepadanya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tetap menjaga keimanan dan keislaman kita bahkan lebih bertambah setelah mengetahui bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling berpengaruh di dunia. Subhanallah.

Sekian, Wassalamualaikum wr.wb.

Jumat, 24 Februari 2012

Demi Masa

Sebuah pertanda menghampiri
Saat tiada asa lagi
Tuk merayu dan mengadu
Biar sirna Esa-Mu

Meskipun beribu butir-butir dzikir
Ku lantunkan tiada henti
Mereka hanya terbang
Lalu hilang tiada belang

Demi masa
Masa yang takkan berhenti
Menjajah keimanan di hati
Aku pun tak berdaya lagi



Pati, Februari 2012
" Prayoga Ismail "


Kamis, 23 Februari 2012

Mari Belajar Mengaji

Assalamualaikum wr.wb.

Jumpa lagi warga Celcius. Saya mau tanya, pernahkan Anda belajar mengaji ? waktu kecil misalnya. Kalau saya pribadi mulai pertama kali belajar mengaji waktu duduk di bangku TK dan saat itu saya belajar mengaji setiap hari di TPQ Ar-Rahman, sebuah taman pendidikan Al-Qur'an yang berada di desa saya tinggal. Upps, tidak bermaksud promosi ya. Hingga sekarang saya masih belajar mengaji namun hanya di rumah dan biasanya tiap akhir pekan saja.

Nah, untuk itulah bagi warga Celcius yang ingin mengaji dengan cara yang tidak membuat rempong alias repot, ada sebuah software yang bisa membantu kita untuk belajar mengaji setiap saat. Karena software ini sangatlah praktis dan ringan. Software ini bernama "Mehdal".

Dengan ukuran file yang kurang lebih hanya 505 kb saja, aplikasi ini bisa dibilang sebagai aplikasi yang sangat ringan. Dan tentu saja praktis digunakan. Cara penggunaanya tinggal buka software "Mehdal", lalu klik huruf-huruf yang ada, maka akan terdengar suara dari huruf-huruf yang kita klik. Software ini akan menuntun kita dalam belajar mengaji dari tahap paling awal yaitu dimuali dari pengenalan huruf-huruf hijaiyyah. Lalu akan berlanjut pada tahap berikutnya. 

Nah, semoga software yang sangat kecil ini bisa bermanfaat besar bagi kita semua. Bagi Anda yang berminat silakan klik link untuk mendownload.
Sekian. Wassalamualaikum wr.wb.

Rabu, 22 Februari 2012

Sebab-Sebab Penyakit Hati

Assalamualaikum wr.wb.

Warga Celcius, apa sih penyakit hati itu ? Yang jelas bukan hati liver ya, tapi hati perasaan kita. Nah, terkadang kita sering mengalami sakit ini, bahkan ada yang menyebutkan penyakit ini lebih berbahaya dibandingkan penyakit jasmani yang paling berbahaya. Dan tak menutup kemungkinan bagi kita untuk mengidap penyakit yang satu ini. Penyakit itu adalah penyakit hati. Warga Celcius, ada pepatah mengatakan "mencegah lebih baik daripada mengobati". Jadi, ada baiknya jika kita mengetahui apa saja sih penyebab penyakit hati.

Sebab penyakit hati pertama, berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syirik adalah jika seorang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadah kepada-Nya. Di samping dia beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dia juga beribadah kepada selain Allah. Perbuatan syirik adalah perbuatan yang sangat tercela dan terlaknat. Orang yang terkena penyakit ini ia akan menjalani hidupnya di dunia ini dengan iman dan aqidah yang cacat, hatinya akan selalu sakit, semua yang dilakukannya hanya berkisar nafsu belaka, dia tidak akan mengenal agama Islam ini dengan baik, sebaliknya dia akan mendapatkan kesedihan, perasaan takut, dan kehancuran, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang yang berbuat syirik kedudukannya lebih rendah dari binatang-binatang ternak. Disebutkan di dalam Alquran, orang yang berbuat syirik seperti seorang yang jatuh dari langit, kemudian disambar oleh burung-burung, dan dicabik-cabiknya, atau dilemparkan oleh angin ke tempat yang jauh dan hina.” Nas’alullaha al-afiyah.

Sebab penyakit hati kedua, perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apabila kemaksiatan sudah bertumpuk dalam hati seseorang, maka dia akan menghalangi pandangan hati sehingga dia tidak dapat melihat, menyadari, memahami serta berfikir tentang ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dijuurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf: 176)

Sebab penyakit hati ketiga adalah kelalaian dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengingatkan hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,
 “Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit). Maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka berkata): “Aduhai, celakalah Kami, Sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 97)
Orang yang lengah atau lalai diibaratkan seperti orang yang masuk ke dalam masjid lalu setan menekannya sehingga orang tersebut tidak berdzikir kepada Allah sedikit pun, seperti orang yang datang ke sebuah majelis ta’lim dia malah tertidur atau memikirkan hal-hal dunia, sehingga ia tidak memahami isi dari kajian tersebut.
Kelengahan menyerang hati seseorang, sehingga membuatnya berpaling dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak senang berdzikir, tidak senang mendengar suatu kebaikan dan tidak mau mendekat kepada ahli dzikir yaitu para ulama.

Sebab penyakit hati keempat adalah berpaling dari mempeajari ilmu agama, mendalami, dan mempelajari sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada zaman sekarang ini, kita sering mendapati orang lebih faham ilmu dunia daripada ilmu agama, bahkan masalah-masalah yang ringan dalam agama mereka tidak mengetahuinya, tata-cara berwudhu atau mandi sesuai sunah atau yang lebih sederhana dari pada itu mereka tidak memahaminya, mereka lebih mendahulukan urusan dunia yang fana ini. Kemudian ada sebagian kaum muslimin yang berpaling dari membaca dan memahami Alquran dan al-Hadis, sehingga hati mereka terjangkit suatu penyakit berbahaya. Realita membuktikan pada zaman sekarang ini, banyak para pemuda muslim yang buta akan huruf Alquran dan tidak bisa membacanya. Mereka enggan belajar ilmu agama Islam yang benar, yang digali dari Alquran dan sunah berdasarkan pemahaman para pendahulu mereka yang shaleh seperti para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka lebih menyukai mempelajari buku-buku hasil karya musuh-musuh Islam.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Sebab penyakit hati kelima, sibuk dengan urusan dunia dan mengabaikan agama.

Apabila seorang telah terjangkit penyakit ini, maka waktu-waktunya, baik siang atau malam ia habiskan untuk mengejar dunianya, pikirannya terfokus agar tercapai semua keinginannya. Adapun akhirat mereka kesampingkan sehingga tidak heran kalau kita dapati di masjid-masjid kaum muslimin ketika khutbah Jumat mereka tertidur, tidak memperhatikan dan mendengarkan khutbah, padahal mendengarkan dua khutbah tersebut hukumnya wajib, yang demikian karena mereka telah kelelahan dengan urusannya. Kalaupun mata mereka tidak tertidur pikirannyalah yang terbang melayang bersama angan-angan dan lamunannya.

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Nah, begitulah penyebab-penyebab penyakit hati. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang lalai hati kita dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mudah-mudahan Allah menolong kita sehingga senantiasa kita dapat menghindari penyebab-penyebab sakit hati tersebut dan senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah-Nya. Amin.

Sekian. Wassalamualaikum wr.wb.

Sabtu, 18 Februari 2012

Huru-Hara Di Tahun 2012

Assalamualaikum wr.wb

Hmm, warga Celcius kali ini kita akan membahas tentang "sesuatu" yang agak mengerikan. Apakah itu ? Mengenai huru-hara yang ditelaah akan terjadi di tahun ini, tahun 2012. Simak ya !

Apa sih huru-hara itu ? Huru-hara merupakan sebuah peringatan dari Allah SWT kepada seluruh umatnya di alam semesta ini melalui suara gemuruh yang sangat dahsyat yang terdengar dari langit. Nah, kejadian ini masih berupa telaah atau prediksi dari para ahli. Terdapat dalam sebuah hadist shahih karena tak mungkin Nabi mengarang-ngarang cerita tanpa datangnya dari wahyu Allah karena apa yang Nabi ucapkan pasti berasal dari wahyu Allah dan kita wajib mengimaninya. Akan tetapi, wallahu a'lam hanya Allah yang tahu, belum tentu prediksi manusia itu tepat karena ini berdasarkan ilmiah saja.

Huru-hara akan terjadi tepat pada pertengahan bulan puasa yaitu tanggal 15 Ramadhan. Jika kita menilik kalender masehi 2012, maka tanggal 3 Agustus 2012 tepat bersamaan dengan jatuhnya 15 Ramadhan. Hal ini sama dengan sebuah hadist Nabi Muhammad SAW tentang huru-hara besar yang akan terjadi pada tengah malam pertengahan bulan Ramadhan yaitu pada hari Jum'at 15 Ramadhan di bumi ini.

Huru-hara tersebut akan mengejutkan semua orang yang sedang tidur. Suatu suara yang maha dahsyat akan terdengar dari langit, bukan merupakan kiamat tetapi huru-hara tersebut akan melenyapkan umat manusia diatas muka bumi ini sebanyak 2/3, yang tinggal hanya 1/3 saja. Huru-hara ini ditelaah berdasarkan hadist Nabi muhammad SAW berikut ini :

Dari Nur'aim bin Hammad meriwayatkan dengan sahabatnya bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan itu...". Kami bertanya: "Suara apakah, ya Rasulullah ..? " Beliau menjawab: "Suara keras dipertengahan bulan Ramadhan pada malam Jum'at, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jum'at di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Jum'at, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lub angnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga-telinga kalian jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah SWT."

Wallahu a'lam bisshowab. Ya, kita harus berdo'a saja dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Agar kita tergolong pada 1/3 manusia yang selamat dari huru-hara tersebut. Walaupun kajian ini masih bersifat prediktif, akan tetapi kita harus waspada. Kita harus mempersiapkan bekal kita mulai dari sekarang.

Sekian. Wassalamualaikum wr.wb.




Jumat, 17 Februari 2012

Bingung Menentukan Arah Kiblat ?

Assalamualaikum wr.wb.

Hai, Warga Celcius. Apa kabar hari ini ? Semoga saja luar biasa. Kali ini saya akan share sebuah software. Ya, bagi kalian yang mungkin masih ragu atau masih penasaran di manakah letak kiblat yang benar ? Tentu saja di Ka'bah, Mekkah. Tapi, karena posisi Indonesia yang sangat jauh dari kiblat ini membuat beberapa orang yang masih ragu akan arah kiblat. Apalagi jika kita sedang berada di daerah yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya, dan tiba-tiba kita harus melaksanakan shalat. Nah, ada solusinya. Untuk menentukan arah kiblat dengan sebuah software yang bernama Qibla Compass, khusus bagi pengguna OS Android.

Qibla Compass. Sesuai dengan namanya, software ini berfungsi menunjukkan para pengguna Android ke mana arah kiblat. Sulitnya menentukan arah kiblat mungkin akan Anda alami sewaktu bepergian ke luar kota atau luar negeri.

Pengoperasian software ini sangat mudah. Software ini membutuhkan sistem location-based dinyalakan. Baik itu GPS atau Wireless Network. Untuk layanan yang bebas biaya, gunakan saja GPS. Namun, hal tersebut akan membuat smartphone Anda lebih cepat kehabisan baterai. Untuk layanan yang lebih hemat baterai namun berbayar, gunakan Wireless Network. Setelah sistem location-based dipersiapkan, software ini akan memanfaatkan feature compass yang ada pada smartphone dengan sistem operasi Android. Hasil akhirnya, arah kiblat dapat ditunjukkan oleh software ini dengan baik. Arah kiblat ditunjukkan dengan jarum berwarna merah pada gambar di atas.

Feature lainnya yang dapat menguntungkan bagi kita khususnya umat muslim adalah Prayer Times. Dengan adanya feature ini, maka Anda bisa selalu mengetahui kapan saja waktu shalat lima waktu pada kawasan Anda. Jadi, bagi umat muslim yang memiliki smartphone Android, aplikasi ini akan sangat mempermudah Anda dalam menentukan arah dan waktu salat.

Nah, bagaimana warga Celcius ? Masih bingung menentukan arah kiblat ? Saya kira tidak. Karena software ini cukup membantu dalam menentukan arah kiblat. So, manfaatkanlah sebaik-baiknya. Jika masih bingung, bertanyalah pada orang-orang di sekitar Anda.

Bagi Anda yang berminat, silakan download dengan cara klik link di bawah ini.
Sekian. Wassalamualaikum wr.wb.

Kamis, 16 Februari 2012

Al-Qur'an, Wahyu Yang Abadi

Assalamualaikum wr.wb

Warga Celcius, kali ini kita akan membahas mengenai Al-Qur'an sebagai satu-satunya wahyu Allah SWT yang abadi sepanjang zaman. Mengapa demikian ? Mari kita simak bersama.

Dalam membangun umat Islam dan dalam memberikan petunjuk akan kebenaran yang telah dirisalahkan oleh Allah SWT, maka Nabi Muhammad SAW telah mendapatkan sebuah mukjizat yang sangat luar biasa dari-Nya. Apakah itu ? Jawabannya tentu saja Al-Qur'an. Wahyu Allah SWT yang diturunkan tepat pada tanggal 17 Ramadhan itu merupakan satu-satunya wahyu Allah yang abadi sepanjang masa. Walaupun ada segelintir kaum yang berusaha untuk menodai kesucian Al-Qur'an, maka usaha mereka hanyalah sia-sia. Ada beberapa alasan yang menjadi tameng kesucian Al-Qur'an untuk menjaga kesucian dan kemurniannya sepanjang masa, yakni:

Yang pertama, Al-Qur'an akan selalu dijaga kemurniannya oleh Allah SWT sepanjang masa karena seluruh aqidah dan dasar-dasar kehidupan umat Islam dan segala firman dan petunjuk-petunjuk-Nya tertulis dalam Al-Qur'an. Hal ini jelas menyebabkan siapa saja tidak akan bisa dan tidak akan berani melakukan suatu usaha untuk melawannya. Karena Allah merupakan Dzat Yang Maha Sempurna dan tiada satupun yang bisa menandingi-Nya. Allahu Akbar. Subhanallah.

Alasan yang kedua, Al-Qur'an disusun berdasarkan catatan-catatan dari para sahabat Rasulullah SAW yang telah dibenarkan oleh Rasulullah SAW itu sendiri. Dan juga berdasarkan sumber-sumber ingatan dari para sahabat yang memiliki ingatan yang sangat baik pada saat menghafalkan bersama Rasulullah SAW. 

Sedangkan untuk alasan yang ketiga, Rasulullah SAW mengetahui apabila kumpulan-kumpulan wahyu Allah tersebut akan dibukukan menjadi suatu kitab yang kita sebut sebagai Al-Qur'an.

Nah, sudah jelaskah mengenai alasan-alasan mengapa Al-Qur'an adalah wahyu Allah sekaligus kitab suci umat Islam yang akan abadi sepanjang masa. Hingga akhir zaman datang. Dari uraian di atas, kita harus percaya bahwa Al-Qur'an tidak akan ketinggalan zaman, karena Al-Qur'an merupakan penyempurnaan dari segala kitab-kitab sebelumnya. Jadi, sebagai umat Islam, di zaman yang modern ini kita juga harus menjaga kesucian dan kemurnian AL-Qur'an walaupun Allah SWT telah melindunginya dengan selalu menjaga kemurniannya. 

Sekian. Wassalamualaikum wr.wb.

Rabu, 15 Februari 2012

Indigo Menurut Pandangan Islam

Assalamualaikum wr.wb.

Warga Celcius, pernahkah anda bertemu dengan mereka ? melihat mereka ? atau sekedar mendengar nama-nama mereka ? Berikut ini akan kita bahas bersama mengenai "indigo" menurut pandangan Islam. 

Indigo berdasarkan kemampuannya biasanya memiliki kemampuan untuk menembus dimensi lain (masa depan) atau melihat makhluk-makhluk halus di sekitarnya bahkan berinteraksi dengan mereka yang biasa disebut kemampuan interdimensional. Dalam keyakinan islam, yang memiliki kelebihan melihat jin dan masa depan hanyalah wali Allah saja, yaitu orang-orang yang senantiasa dekat dan dicintai oleh Allah SWT. Apakah ini berarti setiap indigo adalah orang-orang yang senantiasa dekat dan dicintai oleh Allah ? Padahal telah dijelaskan dalam hukum melihat makhluk halus yaitu siapa saja yang dapat melihat makhluk halus hanyalah Rasul, Nabi, dan para Waliullah. 

Menurut Ustadz Ahmad Abu Musa, ada 3 kemungkinan dari penglihatannya jin yang terjadi pada selain golongan diatas, yaitu :
1. Ada jin (baik satu maupun lebih ) yang bersemayam dalam dirinya, sehingga orang yang disemayami mampu melihat "teman" dari jin yang bersemayam tersebut. Tentu saja, orang tersebut bisa melihat jin dan orang lain tidak bisa melihat karena orang lain tidak disemayami jin.
2. Jin menyamar menjadi bentuk lain seperti hewan atau benda, hal ini menyebabkan semua manusia mampu melihat jin tersebut. Dan perlu diingat, Allah SWT telah menciptakan alam nyata untuk manusia dan alam ghoib untuk bangsa jin. Maka jika jin memperlihatkan diri di alam manusia, akan memerlukan energi yang besar dan belum termasuk hukuman dari Allah SWT karena telah melanggar hukum yang telah diciptakan Allah SWT.
3. Kemungkinan yang terakhir adalah orang yang melihat jin tersebut melakukan dusta atas penglihatan jinnya.

Lalu mengapa seseorang bisa disebut indigo ? Ustadz Abu Musa menjawab, ada salah satu dari leluhur anak indigo yang melakukan persekutuan dengan jin. Ini menyebabkan ada jin yang bersemayam dalam diri keturunannya. Mengenai prediksi tentang masa depan, itu sebenarnya pekerjaan dari jin yang bersemayam dalam dirinya dan tentunya jin musyrik yang banyak bertapa sehingga memiliki kekuatan yang besar dan mampu meramalkan masa depan dan mungkin bisa jadi itu semua skenario jin tersebut.

Sebagai seorang muslim, kita wajib tidak percaya pada hal tersebut, kenapa? karena alam sesudah kematian di dunia adalah alam barzah. Di alam barzahlah kita akan ditanya oleh 2 malaikat (Munkar dan Nakir) dan setelah ditanya, apakah amalan kita baik atau buruk, maka jika buruk kita akan mendapatkan siksa kubur dan jika baik Allah akan membukakan pintu surga sehingga bau surga yang wangi akan senantiasa semerbak di kubur kita. Adapun masalah melihat orang meninggal, itu sebenarnya bukanlah orang yang sudah meninggal , itu adalah kerjaan dari jin musyrik yang menyerupai orang yang sudah meninggal. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam efek medan magnet. Misalnya, apabila sepotong jarum yang digosokkan pada sebuah magnet, maka jarum itu akan memiliki sifat kemagnetan. Akan tetapi, jarum itu bukanlah magnet yang sesungguhnya. 

Kita tak tahu apakah indigo adalah mukjizat dari Allah ataukah sekedar titisan dari para jin musyrik. Sebenarnya, ada cara yang digunakan untuk menghilangkan kemampuannya. Dengan metode ruqyah, yaitu membacakan ayat-ayat suci Allah disamping orang yang dijuluki indigo tersebut. Namun, perlu kita tahu, jika seorang itu merupakan indigo kuat dalam artian jin yang didalamnya kuat, maka akan lebih lagi tingkatan dalam ruqyahnya, namun tetap saja bisa dihilangkan selama ia mau untuk menghilangkannya. Selama ada niat dalam dirinya sendiri. 

Nah, warga Celcius begitulah pandangan Islam terhadap para indigo. Yang pada dasarnya kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah tidak akan diberikan pada sembarang orang. Akan tetapi, Allah akan memberikan keistimewaan itu pada orang-orang yang dekat dan dicintai oleh-Nya. 

Lantas, bagaimanakah menurut Anda ? 

Wassalamualaikum wr.wb. 


Tebarkan Salam, Meraih Ilham

Assalamualaikum wr.wb.

Warga Celcius, inilah salah satu penyebab saya dalam menulis setiap postingan dalam blog ini selalu mengawali dengan salam dan mengakhirinya pula dengan salam.

Salam adalah salah satu dari asma Allah swt. Mengucapkan salam, baik kepada orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal akan membangkitkan rasa aman, mempererat ikatan, dan menumbuhkan rasa cinta. Rasulullah sendiri telah berwasiat tentang itu. Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata bahwa Rasul bersabda :
 
“Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu mau jika aku tunjukkan pada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kamu!” (HR. Muslim)
Dengan begitu, Rasulullah saw telah meletakkan tangan kita pada satu kunci yang amat penting. Mengucap atau menjawab salam akan dapat memberikan gambaran seberapa jauh orang itu iltizam dengan ajaran Islam. Ada perbedaan yang amat besar antara orang yang mengucapkan salam lalu dijawab dengan salam dengan orang yang mengucapkan “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” lalu dijawab dengan “Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh”. Ada beberapa orang yang tatkala Anda mengucapkan “Assalamu‘alaikum”, mereka menjawab dengan “Selamat Pagi” atau “Selamat Datang”, atau dengan jawaban-jawaban yang lain. Dengan mengucap dan menjawab salam, Anda dapat mengenal orang lain dan mengetahui tingkat konsistensi mereka terhadap ajaran agama. Sebagian orang ada yang mengucapkan salam sebagaimana seorang komandan militer memerintah anak buahnya, padahal mengucapkan salam merupakan ucapan selamat yang tersusun dari untaian kata-kata yang sangat indah, yakni “as-salam” (kesejahteraan), “arrahmah” (rahmat), dan “al-barakah” (berkah). Ucapan salam hendaknya keluar dari lubuk hati yang paling dalam dan dikeluarkan dengan disertai pera-saan kasih sayang, karena tujuan dari sebuah perkenalan adalah pernyataan hati. 
Menjawab salam hukumnya wajib. Kita akan dapat membuat orang yang mengucap salam itu bersimpati kepada kita, yaitu tatkala dengan sikap tanggap kita menjawab ucapan salam tersebut dengan ucapan salam yang lebih baik dan dengan tatapan wajah yang dihiasi dengan senyuman.


Allah swt berfirman, “Apabila kalian diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas tiap-tiap sesuatu.” (An-Nisa’: 86)


Mengucap salam di suatu tempat yang asing bagi kita, pada saat kita sangat membutuhkan seorang teman, akan memberikan perasaan aman bagi kita dan membuat orang yang berhadapan dengan kita merasa simpati. Ada pepatah kuno mengatakan, “Seandainya bukan karena salam yang kau ucapkan sebelum kau berbicara, niscaya aku telah memakan dagingmu sebelum memakan tulangmu.” 
Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Yang mengendarai kendaraan hendaklah mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki, yang berjalan kaki hendaklah mengucapkan salam kepada yang duduk, yang sedikit mengucapkan salam kepada yang banyak, dan yang muda mengucapkan salam kepada yang tua. Keutamaan orang yang lebih dahulu mengucapkan salam adalah sangat besar.”
 
Dari Umamah ra., la berkata bahwa ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasul, di antara dua orang yang bertemu, manakah yang lebih dahulu mengucapkan salam?” Rasul menjawab, “Yang lebih mencintai Allah swt.”
Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “‘As-salam’ adalah salah satu dari asma Allah yang diletakkan di bumi, maka sebarkan salam di antara kamu.” (HR. Bukhari)
Di antara taujih Khalifah Umar bin Khathab ra. adalah, “Tiga hal yang dapat membuat kecintaan saudaramu terhadapmu menjadi tulus (hanya karena Allah) ialah, lebih dahulu mengucapkan salam, memanggilnya dengan panggilan yang ia sukai, dan memberikan tempat duduk dalam satu majlis.” “Menjadi tulus” adalah sebuah ucapan indah yang dapat membersihkan rasa cinta dari tujuan duniawi.

Jadi, salam pun memiliki hakikat yang cukup penting dalam kehidupan dan komunikasi. Walaupun sesungguhnya kita belum saling kenal-mengenal, tapi apabila kita mencoba untuk menyapa mereka dengan "Assalamu'alaikum" niscaya tali kebersamaan akan segera terhubung. Selain itu, sebagai warga Celcius marilah kita mengaplikasikan niat mulia ini dalam lingkungan pergaulan kita. Agar tercipta kehidupan yang saling peduli dan kehidupan yang harmoni. Tebarkan salam, meraih ilham, satukan persaudaraan, mari kita budayakan.

Sekian. Wassalamualaikum wr.wb.
 

Global Promotion Alliance